Pages

Wednesday 18 February 2015

CORET CORET MAYA

Embun Berberita..

November 15, 2010 at 4:03pm
Semenjak semua terungkap, entah kenapa, batu membatu, biru membiru..
Pucat.. Beku..

Padahal angin menggila..
Kucing juga gila kak, seloroh si kecil..
hehehe..

Tapi..
Kegilaannya berbeda..

Angin menggila dengan hampir merobohkan pohon-pohon tua..
Awan menggila dengan luruhan yang tak henti berkepanjangan..
dan apa kabar langit? yang senantiasa meluas tanpa batas?

Dan ternyata langit pun menggila..
Langit mulai gila atas keluasan yang selalu menuntutnya untuk menerima..
Namun, apakah langit menggila dengan mencampakkan keluasannya?

Tidak.. Jangan..

Jangan menggila jika memang tidak harus..
Jangan menggila jika memang tidak pantas..
Jangan ucapku.. karena memang belum waktunya..

Ingat.. Kalian belum dengan kabar embun..
Dengarkan embun berberita..!
Rupa apa yang akan tampak saat embun menggila?

Jika menggila, jadikan bersama..
Amarah itu.. Benci itu.. Dendam itu.. Bahkan Sedih itu..

Jadikan Bersama ucapku..!!
Karena kita memang sesuai hakikatnya..

Memang sifat angin untuk kencang, saat sepoinya dinilai tak ada..
Memang sifat awan untuk mendung dan berhujan, saat teduh arakannya dirasa tak guna..
Memang sifat langit untuk menyempit, saat keluasannya tidak lagi bisa menerima..
Dan, memang sifat embun untuk singgah, menyejukkan, dan menguap, saat kehausan semuanya telah reda..
Namun, embun dapat berjanji..
akan hadir ditiap pagi, saat angin, awan, dan langit cerah menyapa..
Kan kubawa sejuk itu..
akan menjelma menjadi dingin di malam hari, ketika siang terik matahari..
ketika hawa panas membakar kegilaan,
Kegilaan Angin, Awan, dan Langit..

Bersejuk ria-lah denganku..

Namun, ingat..
Padaku bukan hanya menyamankan diri..
tapi..
Padaku juga-lah teteskan peluh hati..
Karena memang wujudku-lah si bening itu.. si tawar itu..
Karena..
Memang tidak akan mungkin,
angin, awan dan langit
tidak berhujan..

Dalam menggila, angin porak porandakan semua..
bahkan mencabik hatinya..
Kulihat luka disana..

Dalam menggila, awan membanjir tanpa lena..
hingga melebur diri sekecilnya..
Kulihat hancur hatinya..

Dalam menggila, langit mengecil dan memutus asa..
hingga lantang dan tajam sinar mentari menembus dadanya..
aku lihat darah disana..

Dan jika memang demikian adanya, datang pada embun..

Karena..
Dalam menggila, embun menyerak butir air dimana-mana.. hingga mencairkan matanya..

Datanglah padanya.. Menitiklah padanya..

Karena memang sudah hakikatnya,
Embun dipanggil "Bund.."




Off the record..
^_^.   Ya tak??   Benar tidak??

Pen Tablet

No comments:

Post a Comment