Anak Sebaiknya Tidur Dengan Lampu Mati
“LAMPUNYA biar aja nyala Pa, ntar kalau Fiktri bangun, langsung tahu...” cegah Rianti ketika suaminya hendak mematikan lampu kamar. Sejak putranya lahir 7 bulan lalu, Rianti memang sengaja tidak mematikan lampu kamar saat tidur malam bersama bayinya.
Selain Rianti, banyak orangtua lain melakukan hal serupa. Padahal ada penelitian menyebutkan bahwa jika bayi tidur malam menggunakan lampu yang terang dapat meningkatkan risiko terjadinya mata minus di masa depan. Wah, kok bisa?
Bisa memicu mata minus
“Hampir semua bayi lahir mengalami mata hipermetropi -rabun dekat- berkisar plus dua sampai tiga dioptri. Namun pada usia 0-2 tahun di mana merupakan masa perkembangan yang pesat pada bayi -termasuk mata- bola mata bayi akan berkembang dan menjadi lebih panjang, sehingga ukurannya akan perlahan-lahan mendekati normal dan hipermetropi akan hilang dengan sendirinya,” jelas dr Siti F.S. Ramadhani, Sp. M yang berpraktik di RS Puri Indah.
Namun, rangsangan cahaya secara terus menerus khususnya pada saat tidur malam di mana pertumbuhan sedang terjadi, bisa merangsang mata untuk tetap bekerja walaupun mata terpejam.
Sehingga bola mata akan memanjang melebihi normal dan akan menyebabkan miopi -mata minus atau rabun jauh- pada anak di masa depan.
Akan tetapi, miopi juga bisa dipengaruhi beberapa hal, antara lain:
1. Keturunan, beberapa penelitian lain juga menyebutkan jika orangtuanya mengalami miopi, keturunannya kemungkinan akan mengalami hal yang sama.
2. Gaya hidup, antara lain anak yang terlalu cepat membaca, kebiasaan membaca yang salah, bermain game, penggunaan komputer yang lama dan lain-lain.
3. Berusaha melihat sesuatu dengan lebih jelas, misalnya melihat benda-benda atau huruf yang berukuran kecil sehingga akan ‘memaksa’ mata untuk bekerja ekstra dan mengakibatkan bola mata memanjang.
Redup lebih aman!
“Sebaiknya matikan lampu atau gunakan lampu redup pada saat bayi tidur malam,” jelas Dokter berkerudung ini.
Pernyataan ini diamini oleh dr Runi Deasiyanti, Sp. A dari Klinik SamMarie. “Kalau lampunya terlalu terang, saat bayi terbangun bisa membuat ia benar-benar bangun. Sedangkan jika suasana kamar redup, saat terbangun bayi masih tetap bisa melihat keadaan sekitar dan tertidur kembali,” katanya.
Selain itu, pada malam hari tubuh memroduksi melatonin -hormon yang berfungsi untuk mengatur siklus tidur. Hanya saja hormon ini sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga tidak akan diproduksi jika saat tidur malam menggunakan lampu. Padahal jika produksi melatonin meningkat, kualitas tidur menjadi baik, imunitas meningkat dan ketegangan berkurang. Bayi pun tidak mudah rewel.
So, Moms, mengingat banyak manfaatnya, mulailah meredupkan kamar saat tidur malam mulai sekarang.
Tangkal gangguan mata sedini mungkin
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa tip yang dibagi oleh dr Siti F.S. Ramadhani, Sp. M, yakni:
- Hindari penggunaan lampu yang terang saat tidur malam.
- Usahakan untuk tidur malam lebih cepat agar mata bisa beristirahat.
- Konsumsi makanan yang cukup gizi, khususnya bayi yang sudah mendapat MPASI (Makanan Pendamping ASI). Variasikan makanannya dengan buah dan sayur yang beraneka warna. Pada bayi yang masih mendapat ASI eksklusif, asupan Moms yang perlu diperhatikan. Selain itu, program pemerintah dengan pemberian vitamin A juga dapat membantu mencegah berbagai penyakit, termasuk gangguan pada mata.
- Jika anak sudah cukup besar, perhatikan jarak membaca (30 cm dengan posisi duduk tegak) atau menonton TV (6x diagonal TV), besar kecilnya huruf dan pastikan penggunaan pencahayaan yang cukup.
- Cek kesehatan secara teratur, jangan menunggu sampai muncul keluhan.
Cek mata si kecil
Segera periksakan mata si kecil jika:
1. Riwayat persalinan kurang baik, seperti prematur atau berat badan lahir rendah. Kondisi ini rentan mengalami gangguan pada retina.
2. Penampakan mata berbeda, misalnya pada tengah mata terdapat bintik putih, warna tidak hitam atau mata seperti mata kucing.
3. Ukuran bola mata berbeda dengan bayi lain, seperti lebih kecil atau bahkan lebih besar.
4. Bayi mengalami mata juling.
5. Adanya hal yang tidak normal pada penampilan luar mata, seperti benjolan di kelopak mata.
6. Bayi tidak berespon terhadap rangsangan yang diberikan, misalnya Moms menggoyangkan tangan di depan si kecil namun tidak diresponnya.
7. Jika anak sudah agak besar, saat ia melihat sesuatu ia memicingkan mata atau kepala dimiringkan.
8. Anak memiliki kebiasaan menonton tv terlalu dekat, dan jika sudah dijauhkan lama-lama ia akan mendekat kembali.
Agar bayi tidur nyenyak di malam hari
• Kenalkan siang dan malam
Pada usia 2-3 minggu bayi mulai bisa diajarkan perbedaan waktu dengan memberikan suasana yang berbeda antara siang dan malam. Misalnya, biarkan bayi tidur dengan suasana yang lebih terang dan tidak terlalu sepi pada siang hari, sedangkan tidurkan bayi dengan suasana yang lebih gelap dan sepi pada malam hari.
Jika si kecil terbangun, cukup periksa apa yang menyebabkannya terbangun, misalnya popok yang basah, lapar, kedinginan, dan lain-lain, lalu berikan tepukan-tepukan ringan dan tidurkan kembali. Jangan ajak ia bermain!
• Bangun sleep habbit
Berikan rutinitas atau sinyal jika sudah waktunya tidur, misalnya membersihkan tubuh bayi, memijatnya, mengganti popok, memakaikan piyama, memberikan ASI atau susu, menyanyikannya lagu, dan sebagainya.
Maka akan terprogram di otak bayi bahwa sebentar lagi adalah waktunya untuk tidur. Hal ini dapat mulai dilakukan saat usia 6-12 minggu, dan umumnya terbentuk saat bayi berusia tiga bulan.
• Ciptakan lingkungan yang nyaman
Ciptakan lingkungan yang ‘pas’ agar bayi merasa nyaman dan akhirnya terlelap. Antara lain, suhu kamar yang nyaman, cahaya yang tidak terlalu terang dan suasana yang tenang. Tempat tidur, seprei dan selimut yang bersih tentunya perlu diperhatikan.
• Bikin bayi kenyang sebelum tidur
Sebaiknya Moms memberikan ASI atau susu formula sesuai usia hingga bayi ‘kenyang’ sebelum tidur sehingga bayi terpuaskan dan tidur dengan nyenyak. Namun, pada prinsipnya tetap on demand, sesuaikan dengan keinginan bayi, utamanya pada bayi-bayi baru lahir.
• Jangan terlalu lelah di siang hari
Anggapan yang menyatakan bahwa bayi yang beraktivitas di siang hari akan lebih mudah tidur malam dibandingkan yang tidur siang, adalah salah! Bayi membutuhkan delapan jam tidur malam dan dua episode tidur siang, sehingga jika tidak terpenuhi bayi justru akan rewel dan sulit tidur.
Hal ini disebabkan terjadinya pelepasan hormon kortisol atau hormon stres pada aktivitas yang tinggi yang akan bekerja melawan rasa lelah sehingga anak akan terjaga. (Sumber: Mom&Kiddie)